Mantan Sekjend PROJO: Presiden STOP Cawe-Cawe Pilpres 2024


Broniesupdate, Jakarta --- Bakal Calon Presiden (Bacapres) Koalisi Perubahan Untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan, diduga akan dihadapkan dengan sebuah pembentukan koalisi besar dari parpol-parpol pro Jokowi. Partai Amanat Nasional (PAN) menggelar acara Silaturahmi Ramadhan pada Minggu, 02 April 2023 dengan menghadirkan Presiden Joko Widodo beserta para ketua umum partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang beranggotakan Golkar, PAN, PPP, dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang beranggotakan Gerindra, dan PKB.

Wacana pembentukan sebuah koalisi besar pendukung pemerintah begitu kental, karena partai politik yang tergabung dalam Koalisi Perubahan Untuk Persatuan (KPP) yakni Nasdem, Demokrat, dan PKS tidak diundang dalam acara tersebut. Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri juga tidak menghadiri acara karena sedang berada diluar negeri.

Mantan Sekjend PROJO Guntur Siregar menegaskan seharusnya Presiden Jokowi berhenti melakukan intervensi terhadap koalisi-koalisi partai yang akan maju pada Pilpres 2024, sehingga proses demokrasi berjalan dengan baik.

“Jokowi sebagai pemimpin negara tidak pantas ikut cawe-cawe soal urusan pilpres 2024, biarkanlah demokrasi berjalan sesuai arahnya, jangan dicampuri oleh kepentingan pribadi. Lebih baik Jokowi persiapkan landing yang baik menjelang akhir masa jabatannya. Seperti yang dilakukan oleh SBY dulu,” tegas Guntur.

Menilik kinerja pemerintah, Guntur menyinggung berbagai macam kebijakan-kebijakan dari segi hukum, ekonomi, dan kesejahteraan rakyat yang dinilainya masih sangat jauh dari tatanan kehidupan berdemokrasi, yang kemungkinan dapat menjadi rapor merah Jokowi.

“Lebih baik fokus mengurusi berbagai kebijakan blunder yang nyata-nyata menyengsarakan rakyat, kita bisa melihat setelah reformasi, demokrasi Indonesia mengalami kemerosotan tajam sejak era kepemimpinan Jokowi. Kita bisa sebut harga BBM yang tidak menentu, Undang-Undang tentang KPK, Undang-Undang Minerba, Undang-Undang tentang MK, dan yang paling baru adalah Undang-Undang Cipta Kerja. Kesemua Undang-Undang tersebut bersifat sentralisasi absolut kepada pemerintah pusat, kebijakan-kebijakan itu berdampak buruk bagi perkembangan demokrasi dan sangat memungkinkan terciptanya kekuasaan yang tirani.” Sambungnya.

Salahsatu Pembina Relawan BroNies itu beranggapan jika Presiden Jokowi terus melakukan intervensi terhadap pilpres 2024, maka tak aneh nantinya akan timbul kecurigaan publik terhadap dua periode pemerintahan Jokowi.

“Kalau Jokowi masih ngotot untuk memaksakan siapa Calon Presiden (Capres) penggantinya, itu berarti Jokowi ada masalah besar yang diperbuat selama berkuasa. Hanya di Indonesia yang seperti ini, dan hanya diera Jokowi.” Kata Guntur.

Menyingkapi dugaan terbentuknya koalisi besar, Guntur tidak mempermasahkan seberapa besar koalisi itu jika benar-benar terjadi dan siapapun figur calon presiden yang akan diusungnya, karena yang paling penting bacapres KPP Anies Baswedan sudah mengamankan posisinya dalam pemenuhan Presidential Threshold 20% sebagai syarat utama pencalonan presiden untuk pilpres 2024.

“Kita tidak perlu melihat seberapa gemuk koalisi itu, silahkan saja mereka mau berbuat apa untuk menjawab tantangan KPP, yang terpenting Anies sudah mengantongi PT 20% dan itu sudah cukup bagi para pendukungnya. Kalau ternyata mereka kalah di 2024, ya akan terjadi oposisi yang besar pula kan,” tutup Guntur sambil tertawa. Red

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Yang Tidak Dipersoalkan Dari Anies?

Sandiaga Seharusnya Minta Maaf Kepada Anies, Itu Fitnah

Anies Mengusung Politik Ahlak Bukan Politik Identitas