Terpaan Isu Politik Identitas Untuk Anies Ditepis Waketum PKB
Broniesupdate, Jakarta --- Menjelang pemilihan presiden 2024, isu politik indentitas yang mengatasnamakan agama mulai dihembuskan lagi. Salah satu dari kader PDI Perjuangan Ruhut Sitompul belakangan ini gemar menyerang mantan gubernur DKI Anies Baswedan dengan sebutan Bapak Politik Identitas. Dia bahkan menyebut Anies memenangi Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 dengan menyingkirkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) karena isu suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
“Enggak
bisa (lepas dari cap Bapak Politik Identitas). Dia menang karena SARA, ujaran
kebencian, fitnah, bahkan terror. Kurang apa itu.” Kata Ruhut dikutip dari
JPNN.com.
Tidak
puas hanya dengan Anies, Ruhut juga menilai para pendukung Anies adalah mereka
yang jauh dari nilai-nilai Pancasila dan menyebutkan saat ini yang
mendeklarasikan dukungan terhadap Anies adalah terdiri dari kelompok yang gemar
jualan agama.
“Lihat
yang deklarasi dukung Anies, mantan teroris, mantan Hizbut Tahrir, FPI, PA 212,
yang kerjanya dan modalnya jualan agama.” Ujarnya.
Pernyataan
Ruhut ini tidak dibiarkan melenggang bebas oleh wakil ketua umum PKB Jazilul
Fawaid, ia menilai mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tak pernah
memainkan politik identitas. Jazilul menegaskan tuduhan sejumlah pihak yang
menyebut Anies menggunakan politik identitas sebagai senjata untuk memenangi Pemilihan
Gubernur DKI 2017 silam hanya narasi-narasi kosong untuk menjatuhkan nama
Anies.
“Di
mana politik identitasnya Pak Anies? Di mana rekam jejak politik identitasnya
Pak Anies? Saya harus sampaikan ini supaya tidak salah faham,” kata Jazilul
dilansir dari cnnindonesia.com.
"Lihat
saja ketika menjadi Gubernur, ketika menjadi aktivis, ketika menjadi, enggak
ada. Itu semua, menurutnya saya sedang dibuat semacam pembusukan kepada Pak
Anies," tambahnya.
Jazilul
berpendapat agama Islam kerap jadi korban narasi yang membahayakan dan
dimanfaatkan jelang pemilu.
Padahal,
menurutnya, politisasi hukum dan kapital lebih berbahaya ketimbang meributkan
agama. Dia menduga isu politisasi agama sengaja dibuat-buat dan dibiayai pihak
tertentu.
"Selalu agama ini menjadi korban dianggap
politisasi agama berbahaya, memang. Tapi lebih dari itu menurut saya kita juga
harus mewaspadai bahayanya politisasi hukum, politisasi kapital," kata
Wakil Ketua MPR itu.
Diketahui,
Anies yang saat itu berpasangan dengan Sandiaga Uno memenangkan Pilgub
DKI 2017. Pilkada itu berlangsung dua putaran.
Anies-Sandi
melawan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan
Djarot Saiful Hidayat dan Agus HarimurtiYudhoyono (AHY) dan Sylviana Murni.
Sebelumnya
Anies pernah merespon adanya tudingan politik identitas yang dialamatkan
kepadanya. Anies heran dengan lahirnya tudingan yang tanpa bukti itu.
"Bisakah ditunjukkan buktinya? Karena kalau tidak bisa
ditunjukkan buktinya, itu batal demi akal sehat," kata Anies di Kantor DPW
NasDem Sumut, Jumat (4/11) malam.
Mantan Mendikbud itu menuturkan tudingan politik identitas di
Pilgub DKI 2017 dia abaikan dan biarkan dijawab dengan kinerja. Karena
faktanya, tidak ada tindakan intoleran atau diskriminatif.
“Apakah 5 tahun di Jakarta intoleran? Diskriminatif? Kalau
itu tidak ada, itu harus dikoreksi dengan kenyataan. Karena ini digaungkan
terus menerus.”
Terkait Pilpres 2024, Anies selalu
menyampaikan bahwa masyarakat akan melihat rekam jejak yang sudah dikerjakan,
daripada visi misi yang disampaikan.
Karena itu, capaian di DKI Jakarta
soal keberagaman dan toleransi punya rekam jejak yang bisa diuji.
"Lihatlah yang dikerjakan kemarin untuk melihat yang besok,"
tuturnya.
"Visi misi itu karangan, track
record itu kenyataan. Ini tidak ringan, harus ada effort. Mari kita
persatukan," pungkas Anies. Red
Komentar
Posting Komentar