Indonesia Mengajar, Niat Luhur Menjaga Janji Kemerdekaan



Broniesupdate, Jakarta --- Permasalahan pendidikan di Indonesia yang dihadapi adalah minimnya anggaran pendidikan yang digelontorkan pemerintah pusat dan daerah, penghasilan tenaga kependidikan yang tidak jelas sampai kurang fokus kebijakan pendidikan seolah menjadi permasalahan klise yang selalu mudah dijumpai. Tujuan utama dari pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia dengan cara meningkatkan segala kemampuan yang ada dalam dirinya, seperti kemampuan intelektual, emosional dan kemampuan spiritual.

Melihat begitu banyak permasalahan pendidikan di Indonesia, Anies Baswedan dan beberapa rekan yang sejalan pada pertengahan 2009 membentuk sebuah lembaga nirlaba yang merekrut, melatih, dan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di Sekolah Dasar (SD) dan masyarakat selama satu tahun. Terinspirasi dari pemikiran alm. Prof. Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM dan mantan Ketua Dewan Mahasiswa UGM. Pak Koes Pengerahan Tenaga Mahasiswa di era 1950-an (mahasiswa menjadi guru SMA di luar Jawa). Inilah yang sering dikutip Anies sebagai salah satu inspirasi dalam mengembangkan program Indonesia Mengajar.

Apa yang Anies lakukan dengan melanjutkan gerakan Indonesia Mengajar tentunya lebih dari sekedar program, tetapi menjadi gerakan untuk mengajak dan mendorong masyarakat yang berikhtiar untuk ikut berperan aktif mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai wujud usaha untuk melunasi janji kemerdekaan.

Indonesia mengajar dimulai selepas Anies dari aktivitas Senat Mahasiswa, sekitar tahun 1996 Anies dan kawan-kawan aktivis di Yogyakarta mendirikan Center for Student and Community Development (CSCD). Lembaga ini berkeliling mengembangkan dan mengadakan training kepemudaan di desa-desa tertinggal. Nama programnya adalah Program Pengembangan Pemuda Desa Tertinggal (PPDT) yang berbentuk training motivasi dan keterampilan di sekitar lima puluh desa di Kalimantan TimurJawa Tengah, dan berbagai wilayah lain.

Dari pengalaman dalam pergerakan dan interaksi lintas kelompok, pikiran ekspresif Anies sering muncul dengan pendekatan dan cara pandang baru dalam melihat persoalan di Indonesia. Kalimat dari Anies seperti "janji kemerdekaan kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka janji itu dilunasi untuk setiap warga negara". Pandangan ini menyadarkan kita bahwa mencerdaskan dan menyejahterakan itu bukan sekadar cita-cita tetapi sebuah janji Republik. Atau saat dia sering mengatakan bahwa "pendidikan adalah eskalator untuk menaikkan posisi rakyat jelata dari ketertinggalan dan ketergantungan jadi kemajuan dan kemandirian". ia membuat kita lebih memahami pendidikan bukan sekadar alat untuk mencerdaskan tetapi alat untuk mengubah derajat sosial-ekonomi.



Meski Anies mempelajari ilmu bisnis, ekonomi, dan politik serta banyak berbicara di kancah internasional, tetapi sejak kecilnya Anies berada di wilayah pendidikan: ayah-ibunya adalah pendidik yang tidak hanya dosen tetapi penggiat pengembangan pendidikan di Yogya. Anies pernah mengatakan bahwa dia membayangkan betapa hebatnya Indonesia jika konsep kekayaan bangsa itu bisa diubah. Itu sebabnya Anies meyakini bahwa mendorong kemajuan bangsa harus melalui pendidikan.

 

Didaftar 100,000 Orang Lebih

Anies mengakui pada awal berdirinya program Indonesia Mengajar belum banyak dikenali publik sehingga minim peminat. Namun seiring waktu program mulai banyak diketahui dan diminati para lulusan perguruan tinggi. Setiap tahunnya ada puluhan ribu lulusan perguruan tinggi mendaftar sebagai pengajar muda dalam program ini.

Pengajar Muda adalah sebutan untuk para guru hasil didikan Gerakan Indonesia Mengajar. Dalam proses rekrutmen Pengajar Muda angkatan I (2010), Indonesia Mengajar berhasil menarik 1.383 pendaftar dari seluruh Indonesia. Pada angkatan II (2011), total pendaftar naik tiga kali lipat dan persentase penerimaan mencapai 1,5% dari 4.368 pendaftar yang merupakan sarjana lulusan univeritas dalam dan luar negeri. Pendaftaran pada angkatan III (2011) mencapai 5.266 pendaftar, sedangkan untuk angkatan IV (2012) mencapai 8.501 pendaftar. Sampai saat ini, Indonesia Mengajar telah mengirimkan sekitar enam ratus lebih generasi muda terpilih untuk menjadi Pengajar Muda yang ditempatkan di 134 desa di tujuh belas kabupaten.

 

Lima tahun berdirinya Indonesia Mengajar tercatat setidaknya 100.000 pendaftar ingin menjadi pengajar muda serta bersedia mengajar di tempat terpencil dan terpelosok selama satu tahun. Tingginya minat untuk menjadi relawan menunjukan bahwa generasi muda sangat menyadari pentingnya pendidikan dalam mengekskalasi kehidupan sosial dan ekonomi segabai perwujudan cinta terhadap Tanah Air.


Meluncurkan Sebuah Buku

Buku Indonesia Mengajar (Pengajar Muda)

Dikutip dari nasional.kompas.com (2016) Buku yang berjudul “Indonesia Mengajar: Kisah para Pengajar Muda di Pelosok Negeri” diluncurkan dalam rangkaian Indonesia Book Fair (IBF) 2011 di Jakarta. Bertempat di Istora Senayan, buku tersebut diperkenalkan kepada masyarakat luas bersamaan dengan diskusi yang menghadirkan para Pengajar Muda dan pendiri GIM Anies Baswedan, PhD.

Diramu oleh penerbit terkemuka Bentang Pustaka, buku setebal 322 halaman tersebut menceritakan perjalanan, pengalaman, suka dan duka dari para Pengajar Muda Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) yang bertugas dari November 2010 hingga November 2011 di berbagai pelosok negeri.

Menurut Anies Baswedan, kisah-kisah para Pengajar Muda itu semakin meneguhkan optimismenya bahwa Indonesia akan lebih cerah untuk semua, “Kisah-kisah para Pengajar Muda di buku tersebut membuka mata: selama setahun mereka berada di tengah-tengah rakyat di pelosok negeri, mereka telah menginspirasi sekaligus belajar banyak. Di desa-desa terpencil itu, mereka menorehkan jejak dan menitipkan pahala. Siswa-siswa SD yang banyak tidak beralas kaki di daerah penempatan mereka akan semakin terbuka mata bahwa Indonesia itu sangat kaya. Mata mereka semakin terbuka bahwa pendid ikan itu adalah modal penting kemajuan bangsa,” ujarnya.

“Satu tahun di pelosok negeri, di tengah-tengah anak bangsa yang kelak akan meneruskan sejarah republik ini, adalah satu tahun yang penuh makna. Daerah penempatan, alam Indonesia yang indah, dan binar mata anak didik akan selalu menjadi bagian dari diri setiap Pengajar Muda,” tambahnya. Red

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Yang Tidak Dipersoalkan Dari Anies?

Sandiaga Seharusnya Minta Maaf Kepada Anies, Itu Fitnah

Anies Mengusung Politik Ahlak Bukan Politik Identitas